Hari Minggu tanggal 13 Mei 2018, kami seperti biasa pergi ke Gereja untuk mengikuti ibadah minggu. Saya bersama istri menemani anak kami untuk bersekolah minggu (silahkan di googling apa itu sekolah minggu). Kakak sekolah minggu ketika membacakan warta minggu bagi anak-anak sekolah minggu ikut menyampaikan bahwa kita sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan (bahasa yang mungkin tidak terlalu dimengerti oleh anak-anak sekolah minggu).
Kakak sekolah minggu meminta agar anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri atau swasta HARUS MENGHORMATI TEMAN-TEMANNYA YANG BERPUASA. Tidak boleh makan di tempat umum karena akan membuat teman yang berpuasa menjadi "ngiler" (bahasa sederhana agar mudah dimengerti). Sehingga jika ingin makan, cari lah lokasi yang sudah ditentukan dari sekolah bagi yang akan makan. Sehingga kita bisa saling menjaga dan menghormati masing-masing teman yang berbeda keyakinan (bahasa yang lazim kita dengar adalah "toleransi").
Semua anak sekolah minggu yang sudah bersekolah dengan antusias memperhatikan apa yang disampaikan kakak tersebut. Bagi mereka, ajaran tersebut adalah hal yang baik untuk mereka laksanakan nantinya. Saya juga ikut memperhatikan dengan seksama karena saat itu anak saya sedang duduk dipangkuan istri.
Menurut saya, inilah ajaran yang juga disampaikan oleh pendeta saya ketika akan memasuki bulan ramadhan. Intinya sama, jemaat gereja harus menghormati saudara lainnya yang sedang berpuasa. Saya saksinya, bahwa memang himbauan ini memang ada, bahkan menhormati orang lain yang berbeda sudah disampaikan (ditanamkan) sejak sekolah minggu.
Pulang dari Gereja, nyalakan TV dan "3 GEREJA di SURABAYA di BOM!!!"
Lalu, mengapa Gereja di BOM?
Di Gereja, kami diajarkan untuk menghormati sedari kecil. Menghormati walaupun terdapat perbedaan. Karena terdapat perbedaan warna pelangi sehingga membuat dia indah.
Sampai sekarang, saya masih menyakini bahwa TIDAK ADA SATU AGAMA PUN DI INDONESIA INI YANG YANG MENGHALALKAN PERBUATAN PENGEBOMAN TERSEBUT.
Kami juga diajarkan untuk tidak membalas perbuatan tersebut, kami justru diminta untuk medoakan kalian agar bisa bertobat. Pembalasan bukan milik manusia. Semoga kalian yang memiliki paham tersebut segera bertobat dari paham yang kalian yakini.
Keluarga yang mengalami duka karena ditinggal oleh orang yang dikasihi akibat Bom Surabaya tersebut (ntah dari Jemaat gereja, petugas keamanan gereja maupun siapapun itu), semoga kalian mendapatkan penguatan dan penghiburan yang sejati dari Kristus Yesus.
Selamat berpuasa buat semua saudara ku yang menjalankan. Kita semua bersaudara.
Tuhan memberkati kita semua. Salam kasih.
Kakak sekolah minggu meminta agar anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri atau swasta HARUS MENGHORMATI TEMAN-TEMANNYA YANG BERPUASA. Tidak boleh makan di tempat umum karena akan membuat teman yang berpuasa menjadi "ngiler" (bahasa sederhana agar mudah dimengerti). Sehingga jika ingin makan, cari lah lokasi yang sudah ditentukan dari sekolah bagi yang akan makan. Sehingga kita bisa saling menjaga dan menghormati masing-masing teman yang berbeda keyakinan (bahasa yang lazim kita dengar adalah "toleransi").
Semua anak sekolah minggu yang sudah bersekolah dengan antusias memperhatikan apa yang disampaikan kakak tersebut. Bagi mereka, ajaran tersebut adalah hal yang baik untuk mereka laksanakan nantinya. Saya juga ikut memperhatikan dengan seksama karena saat itu anak saya sedang duduk dipangkuan istri.
Menurut saya, inilah ajaran yang juga disampaikan oleh pendeta saya ketika akan memasuki bulan ramadhan. Intinya sama, jemaat gereja harus menghormati saudara lainnya yang sedang berpuasa. Saya saksinya, bahwa memang himbauan ini memang ada, bahkan menhormati orang lain yang berbeda sudah disampaikan (ditanamkan) sejak sekolah minggu.
Pulang dari Gereja, nyalakan TV dan "3 GEREJA di SURABAYA di BOM!!!"
Lalu, mengapa Gereja di BOM?
Di Gereja, kami diajarkan untuk menghormati sedari kecil. Menghormati walaupun terdapat perbedaan. Karena terdapat perbedaan warna pelangi sehingga membuat dia indah.
Sampai sekarang, saya masih menyakini bahwa TIDAK ADA SATU AGAMA PUN DI INDONESIA INI YANG YANG MENGHALALKAN PERBUATAN PENGEBOMAN TERSEBUT.
Kami juga diajarkan untuk tidak membalas perbuatan tersebut, kami justru diminta untuk medoakan kalian agar bisa bertobat. Pembalasan bukan milik manusia. Semoga kalian yang memiliki paham tersebut segera bertobat dari paham yang kalian yakini.
Keluarga yang mengalami duka karena ditinggal oleh orang yang dikasihi akibat Bom Surabaya tersebut (ntah dari Jemaat gereja, petugas keamanan gereja maupun siapapun itu), semoga kalian mendapatkan penguatan dan penghiburan yang sejati dari Kristus Yesus.
Selamat berpuasa buat semua saudara ku yang menjalankan. Kita semua bersaudara.
Tuhan memberkati kita semua. Salam kasih.
No comments:
Post a Comment