NEWS

Monday, July 19, 2021

True Story

Saya bukan lah termasuk kedalam golongan anak2 yang pintar di jaman sekolah dulu. Saya ingat ketika lulus SD, ketika direngking nilai NEM tertinggi jaman SD, saya hanya masuk diperingkat ke sepuluh dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Saya masuk sekolah SMP diTarakan dan pindah ketika kelas 3 SMP ke Balikpapan dan nilai NEM saya pun tidak sanggup untuk mengantarkan saya masuk SMAN 1 Balikpapan dan akhirnya saya masuk ke SMAN 2 Balikpapan yang waktu itu terkenal dengan sekolah yang setiap tahun ada banjir besar nya. Jadi juara kelas? Ya gak lah. Masih banyak lagi orang pintar di kelas say, contohnya siapa? Miswan, Agung, Widya, Linda, Nurlaila, dst. Saya hanya anak rata2, yang biasa duduknya ada diurutan tengah-tengah didalam kelas. Gak mau di belakang apalagi paling depan. NEM saya saat itu? Waduh.. gak usah ditanya, gak ada peringkatnya.


Lulus SMA, saya tidak bisa masuk jurusan kedokteran di Universitas Sam Ratulangi, Manado karena ketika tes UMPTN, jurusan tersebut saya pilih sebagai jurusan pertama dan yang kedua adalah Teknik Arsitektur, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Ternyata yang tembus ya di UNLAM. Di jurusan tersebut pun saya bukan mahasiswa yang menonjol akan prestasi. Lulus 5 tahun (yang harusnya 4 tahun) dan setelah itu saya ikut tes CPNS tahun 2017 di Balikpapan dan gagal. Saya bukan anak yang berprestasi secara akademik, dan itu terbukti dalam tes tersebut.

Saya melamar pekerjaan ke Trakindo awalnya sebagai Safety Officer dan hasilnya, gagal. Saya tidak diterima sebagai safety officer namun syukurnya saat itu diperlukan Sales dan Service Analyst, saya disuruh pilih salah satu dari kedua itu, dan jadilah saya sebagai Service Analyst. Saya pun banyak mendapat ejekan (saat ini disebut bully) karena ketidaksesuaian posisi saya dengan background pendidikan saya. Saya pun bukan analyst yang menonjol dibadingkan beberapa analyst yang sudah ada maupun yang datang setelah saya. Kemampuan bahasa Inggris saya standard (saat itu ada beberapa expat dari Australia di tempat saya kerja) karena saat kursus di BIEC (Balikpapan Intensive English Course) saya hanya sampai level "Book 4" itupun setengah hidup setengah mati menyelesaikannya karena saat itu gurunya pak Rachmatullah, sangat terkenal bapak itu. Bagi yang pernahkursus di BIEC pasti tau tingkatan diatas Book 4 itu ada berapa lagi.

Saat ini setelah saya bekerja di luar negeri, saya pun bukan orang yang menonjol dibandingkan dengan teman yang seangkatan dengan saya disini. Diomelin bos itu sesuatu yang terkadang tidak aneh lagi. Namun semua saya lewati juga, dengan senyuman? gak selalu. Dengan kecut juga tetap harus saya lewati karena hidup itu juga ada pahitnya.


Saya bukan orang yang pintar namun yang saya syukuri adalah saya disertai oleh NYA. Saya dijagai. Saya diberkati. Saya percaya, saya sampai diposisi sekarang dan nantinya di posisi yang mungkin berbeda adalah karena penyertaanNYA. Itu semua berkat kasih karunia. Tulisan ini saya buat dengan tujuan untuk menumbuhkan semangat saya yang akhir-akhir ini sering kendor, sangat kendor. Tuhan itu baik, sungguh sangat baik terutama kepada saya si anak yang tidak pintar dan menonjol ini namun diberkatiNYA.

No comments:

Post a Comment