Friday, March 2, 2018

Pra-rancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Pasar Klandasan Kota Balikpapan | BAB II (Lanjutan 1)

2.2.    Sumber Air
Sutrisno (2006) mengatakan pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “Cyclus Hydrologie”. Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana temperatur di atas makin rendah yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir ke dalam tanah jika menjumpai lapisan rapat air maka peresapan akan berkurang dan sebagian air akan mengalir ke atas lapisan rapat air ini. Jika air ini keluar pada permukaan bumi maka air ini akan disebut mata air. Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini.

Sumber-sumber air :

•    Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.

•    Air Atmosfir, Air Meteriologik
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri / debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
Selain itu, air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

•    Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.

•    Air Tanah
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Di samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul.






2.3.    Pencemaran Perairan
Seperti yang dikatakan oleh Effendi (2003), pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melaui atmosfir, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah indsutri dan lain-lain.

Fardiaz (1992) mengatakan bahwa ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pembahasan mengenai berbagai jenis polutan, polutan air dapat dikelompokkan atas 9 grup berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut :

•    Padatan
•    Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes)
•    Mikroorganisme
•    Komponen organik sintetik
•    Nutrien tanaman
•    Minyak
•    Senyawa anorganik dan mineral
•    Bahan radioaktif
•    Panas

Menurut Dahuri (2004), mungkin  relatif lebih murah dan mudah (praktis), perairan pesisir selama ini menjadi tempat pembuangan limbah (keranjang sampah) dari berbagai macam kegiatan manusia, baik yang berasal dari dalam wilayah pesisir maupun diluarnya (lahan atas atau laut lepas). Pencemaran laut (perairan pesisir) didefinisikan sebagai “dampak negatif” (pengaruh yang membahayakan) terhadap kehidupan biota, sumber daya dan kenyamanan (amenities) ekosistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembangunan bahan-bahan atau limbah (termasuk energi) ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia.

Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi 7 kelas :

•    Industri.
•    Limbah cair pemukiman (sewage).
•    Limbah cair perkotaan (urban stormwater).
•    Pertambangan.
•    Pelayaran (shipping).
•    Pertanian.
•    Perikanan budi daya.

Bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa: sedimen, unsur hara (nutrients), logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme eksotik, organisme patogen dan oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut dalam air laut berkurang).

Seperti yang disebutkan oleh Dahuri (2004), bahwa dampak negatif pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan biota dan lingkungan laut, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir dan lautan dan merugikan secara sosial-ekonomi.

•    Sedimentasi
Peningkatan buangan sedimen ke dalam ekosistem perairan pesisir akibat semakin tingginya laju erosi tanah yang disebabkan oleh kegiatan pengusahaan hutan, pertanian dan pembangunan sarana dan prasarana dapat membahayakan kehidupan di lingkungan pesisir. Bahan sedimen menutupi tubuh biota laut, terutama yang hidup di dasar perairan (benthic organisme) seperti hewan karang, lamun dan rumput laut atau menyelimuti sistem pernafasannya (insang). Akibatnya, biota-biota tersebut akan susah bernafas dan akhirnya akan mati lemas (asphyxia). Sedimentasi menyebabkan peningkatan kekeruhan air. Kekeruhan menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air dan mengganggu organisme yang memerlukan cahaya.

•    Eutrofikasi
Eutrofikasi terjadi ketika suplai nutrien (terutama nitrogen dan fosfat) di dalam suatu sistem perairan meningkat melebihi batas kemampuan fotosintesis normal suatu komunitas dalam sistem tersebut. Produktivitas dari sebagian besar sistem perairan dapat dipengaruhi oleh terbatasnya masukan nutrien, misalnya fosfat dalam sistem perairan air tawar, namun hal ini lebih sering terjadi terhadap nitrogen di dalam sistem perairan laut. Penambahan suplai nutrient ke dalam perairan akan meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mikroorganisme yang tergolong dalam kelompok fitoplankton. Definisi eutrofikasi yang digunakan oleh Uni Eropa adalah pengkayaan perairan dengan nutrien, khususnya nitrogen dan fosfat, menyebabkan peningkatan pertumbuhan alga dan tanaman yang akan menyebabkan tidak terganggunya keseimbangan organisme yang ada.
Dengan peningkatan jumlah organisme tertentu yang terdapat di kolom air secara drastis mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat sehingga kandungan oksigen di perairan menurun, terutama di dasar perairan. Pada kondisi kekurangan oksigen (anoxia) di perairan, maka proses anaerob akan terjadi dan menghasilkan sulfat dan metana (beracun). Hal ini menyebabkan kematian ikan yang mempengaruhi perubahan struktur komunitas dasar (bentik).

•    Anoxia (Kekurangan Oksigen)
Kondisi anoxic terjadi bila organisme pengguna oksigen dan proses yang menggunakan oksigen di dalam air berada pada kisaran yang lebih besar dari ketersediaan oksigen yang berasal dari udara atau hasil fotosintesa. Umumnya penyebab timbulnya anoxia adalah kelebihan substansi yang menggunakan oksigen (contohnya bahan organik) dan sering dikombinasikan dengan stratifikasi kolom air yang menghalangi transpor oksigen dari kolom air permukaan ke dasar perairan.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, anoxia mungkin berhubungan dengan eutrofikasi dimana kelebihan bahan organik berasal dari blooming alga. Kelebihan bahan organik dapat pula berasal dari limbah yang kaya bahan organik, termasuk limbah rumah tangga dan limbah industri. Menurut Gomez et al didalam Dahuri (2004), limbah dari pabrik kertas, gula, minyak nabati dan perikanan mengandung bahan organik yang tinggi (BOD tinggi).

•    Masalah Kesehatan Umum
Limbah rumah tangga banyak mengandung mikroorganisme diantaranya bakteri, virus, fungi dan protozoa yang dapat bertahan hidup sampai ke lingkungan laut. Meskipun limbah rumah tangga mendapatkan perlakuan untuk mengurangi kandungan mikroorganisme, hingga mencapai sejumlah 10.000/ml atau lebih, tetap saja mikroorganisme yang bersifat patogen ini menimbulkan masalah kesehatan manusia.

•    Pengaruh terhadap Perikanan
Pencemaran perairan akan mempengaruhi kegiatan perikanan, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mengurangi jumlah populasi, kerusakan habitat dan lingkungan perairan sebagai media hidupnya. Kondisi yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan diantaranya menurunnya kandungan oksigen dalam perairan (anoxic) yang akan menyebabkan pembatasan habitat ikan, khususnya ikan dasar dekat pantai; eutrofikasi perairan yang menyebabkan pertumbuhan alga yang tidak terkendali (blooming alga), contohnya pada peristiwa red tides yang menimbulkan keracunan pada ikan dan terakumulasinya limbah logam berat beracun (Hg) akan menimbulkan kematian pada ikan. Bila kondisi ini tidak dikendalikan, akan dapat mengurangi potensi sumber daya perikanan.

•    Kontaminasi Trence Elemen dalam Rantai Makanan
Kemungkinan besar kontaminan di air akan terakumulasi dalam siklus rantai makanan. Hewan yang berada di tingkat atas dalam suatu rantai makanan dapat mengakumulasi racun kontaminan. Fenomena ini dikenal sebagai bioakumulasi atau biomagnifikasi yang merupakan masalah predator (top konsumen) seperti elang laut.
Beberapa organisme mempunyai kemampuan untuk mengontrol jumlah racun dalam tubuh mereka melalui proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat mengontrol jumlah kandungan racun akan mengakumulasi polutan dan jaringan mereka menunjukkan indikasi adanya polutan.

•    Keberadaan Spesies Asing
Selain bahan-bahan abiotik, air limbah juga mengandung bahan biotik. Bila memasuki suatu ekosistem perairan, akan mengakibatkan hadirnya spesies asing di perairan penerima limbah. Sebagai contoh adalah pembuangan air ballast kapal. Dalam air ballast, banyak dijumpai berbagai jenis bakteri, virus, alga, cacing polychaeta, larva ikan dan moluska. Dalam banyak kasus, keberadaan spesies asing di suatu tempat yang baru dapat berkembang tidak terkontrol dan dalam jumlah yang sangat besar.

No comments:

Post a Comment